Menelusuri hati, apa sebenarnya yang sejatinya aku ingini.
Dari sekian banyak keinginan yang kupunya. Ternyata benang merahnya hanya satu. Aku ingin dikagumi. Ya hanya ingin dikagumi.
Segala keputus asaan, kemalasan, dan kegalauan yang terjadi ternyata akibat dari kegagalannya diriku untuk dikagumi.
Misalkan aku sudah kerja keras. Aku presentasi, menjadi fotografer, menjadi tour plan guide dqn menjadi panitia dalam kegiatan rutin perusahaan.
Tapi ujung ujungnya aku malah dimanfaatkan. Aku tidak mendapat apresiasi entah itu berupa dukungan pujian atau pun evaluasi. Aku presentasiasal asalan pun tak ada yang komen. Aku melakukan kesalahan puntak ada yang menegur atau memberi semangat. Aku hanya dijadikan sebagai alat. Yasudah hanyabalat yang tak berperasaan. Jalankan tugasmu dan selesai.
Mereka tidak mengharapkan kenaikan kualitasku dan tidqk mempedulikan kualitas dari acaranya. Mereka hanya mempedulikankewajibannya saja yang penting tugas ku selesai. Bagus atau jelektidak penting yang penting selesai.
Ketika aku berusaha membantu mereka untuk meningkatkan kualitas. Tanggapannya sungguh biasa saja. Ya bagus, coba saja lakukan jika kau bisa. Setelah berhasil yasudah biasa saja. Tak ada pujian, penghargaan, atau pun tanggapan.
Itu membuatku malas. Berarti selama ini aku hanya asal bertugas saja. "Tidak dikagumi". Atau lebih tepatnya "Tidak dipeduikan". Padahal aku sudah bekerjakeras, putar otak dan berkorban waktu. Tapitak ada apresiasi sama sekali. Yasudah pekerjaan itu aku tinggalkan dan aku sama sepertimereka. Yang penting selesai. Tak mau lagi berinisiatif untuk perusahaan ini.
Aku ada ide. Tapi ideku tidak termasuk TEIAN. Sehingga tidwk dqpat menghasilkan uang.
Aku banyakide tapi hanya yang menguntubgkan untukdiriku eendirisaja. Agar pekerjaanku lebih mudah dan lebih cepat, lalu aku bisa santai. Hal itu sudah aku masukan TEIAN itu pun dipaksa. Karna awalnya aku tidqk mau, biar ini bermanfaat buat diriku saja. Aku tak butuh dicatat atau di uangkan. Bukan penghargaan berupa uang yang aku utuhkan. Tapi "Dikagumi".
Aku tidak punya instagram. Padahal itu tempat aku berkarya atau memajang foto yanga kau banggakan. Hanya sekedar untuk "Dikagumi". Semakin banyaklove nya semakin aku senang dan bersemangat. Apalagi kalau sampai ada komentar pijian, aku sangat senang sekali meski tak menghailkan uang.
Aky ingin memberikan yabg terbaikuntuk parw penggmar karyaku. Tidak lain hanya untuk lebih dikagumi, dikagumi, dan dikagumi lagi.
Tapikini aku tak boelh punya instagram oleh istriku karena banyak fotoyang membuat istriku cemburu dan marah.aku tak bisa dikagumi lagi lewat instagram. Agak putus asa dan menjadi semakin malas.
Untuk apa aku berkarya, menjadi fotografer jika tak ada yang mengagumiku.
Aku mencoba beralih ke facebook yang sudah lama tidak aktif. Tapi aku tak pandai menukis. Aku tak biasa berkarya dengan tulisan. Tulisanku hanya aku gunakan untuk curhat atau mengerjakan tugas saja.
Tapi aku tidak boleh curhat di facebook. Nanti imageku jadi buruk dan juga istriku tidak setuju aku curhat difacebook. Kloplah sudahaku tak akan curhat di facebook.
Lalu aku coba merangkai kata kata motivasi dan menambah satu gambar di postingannya. Jika ada yang like aku senang, jika tidak ada yang like aku kecewa dqn menghapus kembali postinganku.
Jika yang like nya dikit kadang aku pertahankan samlai beberapa hari. Jika tetap sedikit kadang aku hapus juga. Tingkat kekagunan di facebook tidak membuatku puas. Akhirnya akau tidak bermain facebooklagi.kecyali untuk share informasi bermanfaat dari akun lain. Atau untuk sekedar jualan di story nya. Tak peduli ada yang like atau tidak.yang pe ting jualan tetep jalan.
Meski bosan aku masih menaruh harapan, kali aja ada yang beli. Kali aja postingan yang aku share bermanfaat. Kalau dulu akh langsung hapus akun, tapi kini agak bersabar.
Tiba tiba aku melihat teman SMA ku dulu. Mereka ada yang sudah jadi dokter, polisi, kontraktor, bahkan pengusaha. Pakaiannya bagus, rapi. Fotonya keren. Sinar wajahnyabterlihat begitu bangga pada dirinya sendiri.
Aku jadi iri, aku kagum kepada mereka tapi kenapa mereka tidakkagum kepadaku. Atau setidaknya aku tidak merasa kalau aku layak dikagumi oleh merka.
Lihatlah pakaianku. Kemana mana hanya menggunakan jaket abu-abu yang lusuh. Pakai sendal karena tak punya sepatu yang bagus. Celana kesempitan karena berut yang semakin besar.
Badan gemuk tapi wajah tidak bercahaya. Tidak nampak sinar kebanggan pada driri sendiri di raut wajahku. Aku benar benar merasa kalah. Aku seperti pecundang.
Dan secara realita penghasilan mereka pun lebih banyak. Pekerjaan merka lebih menyenangjakan bagi mereka sendiri. Yang paling utama kehidupan mereka lebih membanggakan bagi diri mereka sendiri. Ah aku terus saja meratapi hidupku yang sekarang. Yang kurang rasa kekaguman bahkan dari diriku sendiri. Aku ingin dikagumi. Minimal oleh diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar